Cerpen: Gagal Move On
“Anara! Bangun, sudah siang! Kamu ini habis sholat subuh, malah tidur lagi. Enggak baik Anara!! Lagian boro-boro mau bantu bunda beres-beres rumah, bangun tidur aja harus bunda omelin dulu!” Omel bunda nya di pagi hari, sambil menyibak selimut bermotif doraemon dari tubuh Anara yang hanya bergumam mendengar kan omelan bunda nya.
Bunda pun berjalan menuju jendela kamar. Ia membuka gorden jendela, hingga sinar cahaya matahari menyilaukan mata, mengarah ke tempat Anara tidur.
“Bundaa, Anara tuh masih ngantuk! Semalem dramanya keren banget. Sepuluh menit lagi ya. Please!” Rengek Anara dengan rambut nya yang berantakan.
“Enggak malu kamu sama Arum, anak Bu Endang tetangga sebelah. Pagi-pagi udah nyapu, ngepel, ke pasar. Ini kamu boro-boro begitu, mandi aja sehari sekali!” Bunda bersedekap dada sambil menatap anak semata wayangnya sinis.
“Ya Allah bund, pagi-pagi udah ribut aja,” ujar Ayah yang masuk ke kamar sang anak gadis, Anara.
“Ini lho Yah, kalau enggak di omelin dulu, Enggak mau bangun Anara. Udah lah, bunda mau jemur pakaian dulu.” jawab bunda, lalu menyelonong pergi meninggalkan anak dan ayah itu di kamar.
“Anara, mandi gih. Nanti kalau cowok liat gimana? Bisa ilfil kan?” ledek sang ayah.
“Ihh ayah nyebelin!!” teriak Anara.
Inilah kehidupan sehari-hari Anara semenjak ia lulus SMA. Anara memilih untuk tidak kuliah, karena ia malas untuk belajar. Jadi, ia memutuskan untuk berkerja.
Saat ini, umurnya menginjak 21 tahun. Namun, Anara tak pernah membawa kekasih nya ke rumah. Karena kedua orang tua nya melarang nya untuk pacaran. Tetapi, yang namanya Anara itu bandel, Ia tetap berpacaran dengan bersembunyi-sembunyi.
Setelah setengah jam, Anara menjalankan rutinitas pagi nya, yaitu mandi. Anara, segera bersiap-siap dengan memakai baju kerja nya. Anara kerja di sebuah restoran, sudah hampir 1 tahun ia bekerja di sana.
“Bunda, Ayah. Anara berangkat kerja dulu ya.” pamit Anara, sambil menyalimi tangan kedua orang tua nya. Dia nampak cantik, dengan hijab hijau botol yang menutup aurat nya. Tak lupa, dengan rok plisket hitam, dan baju kemeja berwarna senada dengan hijabnya.
“iya, hati-hati An.” ujar bunda.
***
Tak terasa, sekarang waktunya jam istirahat setelah beberapa jam lamanya, Anara sibuk menjadi seorang kasir.
Ia nampak duduk manis di sebuah kursi, dengan capocino sebagai minuman nya. Kini, didepannya terdapat seorang laki-laki yang tampan. Dialah, Husain. Pacar Anara.
“Anara, aku mau kita putus!” ujar Husain yang menundukkan kepalanya.
Byurr!
Dengan tidak anggun nya, Anara menyemburkan capocino yang diminum nya. “Husain, jangan bercanda deh! Enggak lucu tau! Aku juga lagi capek habis kerja! Kalau ada masalah itu, di selesaikan baik-baik, jangan langsung minta putus gini!”
“Aku lagi enggak bercanda An! Ibu aku tau sama hubungan kita. Jadi, aku di suruh pindah ikut nenek yang tinggal di Aceh.” ujar Husain dengan pandangan yang sendu..
“Tapi kan Sain, kita bisa LDR-an. Aku enggak apa-apa kok.” ungkap Anara.
“Maaf ya An, tapi aku enggak bisa. Aku enggak mau, terus-terusan bohongi ibu. Apalagi, orang tua aku tinggal ibu An. Lagian, ibu bilang kalau pacaran itu mendekati zina. Dan Allah SWT tidak menyukai perbuatan zina.” ujar Husain dengan wajah yang nampak bersalah.
“Aku harap, kamu bisa lupain aku. Thanks, atas 3 tahunnya Anara. Aku pamit pergi. Assalamualaikum.” Setelah mengucapkan kata pamit, Husain pergi meninggalkan Anara yang masih bengong dengan kejadian ini.
“Aku enggak mimpi kan? Ini Husain beneran ngajak putus?!” ujar Anara dalam hati nya. Setelah beberapa saat kemudian, Anara berteriak memanggil Husain.
“Husain!!!”
***
“Hiks, hiks… Bundaa.” Rengek Anara yang kepalanya di tidurkan di pangkuan bunda nya.
“Ada apa?” tanya bunda dengan mengelus rambut Anara lembut.
“Aku putus sama Hus–”
“Putus!! Kamu pacaran An?!” Teriak bunda, ia langsung berdiri menatap garang ke arah Anara. Sedangkan Anara, kepala nya langsung terbentuk kasur. “Untung empuk, ini mulut kenapa bisa ember sih?!” gerutu nya dalam hati dengan raut wajah yang kesal.
“Enggak lho Bund, itu lho Aku putus sama Jeno, terus jadian sama bapaknya.” ujar Anara meyakinkan bundanya.
“Jeno? Bunda tadi dengernya Hus, bukan Jeno. Nama depannya aja udah beda. Bohong kan?” tuding bunda.
“Hu-Husan maksudnya bund. Dia bapak nya Jeno. Jadi aku pacaran sama ayah nya Jeno, juga jenonya gitu. Ayo lah bund, kayak enggak paham sama aku aja, yang suka halu sama KPop.” Anara berdiri dari kasur nya untuk mengalihkan pembicaraan. Kemudian Ia berjalan menuju kamar mandi.
***
2 tahun kemudian…
“What? Di jodohkan?!” Teriak Anara dengan muka yang syok.
“Iya, kamu akan ayah jodoh kan sama anak teman ayah dan bunda. Sebentar lagi, juga bakal datang sama keluarga nya.” ujar ayah dengan santai.
“Ayahh, Anara udah gede! Ini juga bukan zaman Siti Nurbaya! Anara bisa cari jodoh sendiri kok.” Anara kesal hingga tanpa sadar meneteskan air mata nya.
“Percuma kamu nangis An, mereka sudah dalam perjalanan menuju ke rumah kita.”
“Enggak usah drama pakai nangis air mata buaya, enggak mempan!” ujar bunda.
“Ihh bunda kok gitu. Ini air mata manusia, bukan air mata buaya.” rengek Anara.
Tok tok tok
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh”
“Nah, seperti nya mereka udah datang. Ingat, harus yang sopan, jangan banyak tingkah.” ujar Ayah, kemudian berjalan untuk membuka pintu.
Sedangkan Anara, ia menundukkan kepalanya. Mata nya nampak memerah menahan tangisan, kedua tangannya pun meremas gamis nya.
“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh. Masya Allah, mari masuk.” ujar Ayah Anara.
“Aida, apa kabar?” Sapa Bunda yang memeluk seorang wanita paruh baya.
“Alhamdulillah, baik. Kamu gimana Nis?” tanya perempuan tersebut.
“Alhamdulillah aku juga baik. Oh ya, ini Anara, anak ku.” ujar bunda Anisa, sambil mengajak Aida duduk di samping Anara.
“Anara, Salim sama Tante Aida.” suruh bunda.
Anara pun menurutinya. Namun, kepalanya tetap ia tundukkan.
“Haduh, Anara. Maklum ya, Anara malu-malu kucing soalnya.” ujar Ayah dengan terkekeh.
“Anara, yakin kamu enggak mau lihat calon suami kamu?” tanya bunda.
“Nanti nyesel lho An, anak tante masih muda kok. Bukan om-om.” tambah Tante Aida, sambil mengelus tangan nya Anara yang dingin.
“Ya Allah, sampai dingin gini lho.” kekeh Tante Aida.
“Enggak kok Tan. Biasa aja.” Anara menarik tangannya, kemudian secara perlahan mengangkat kepalanya. Anara tersenyum kepada Tante Aida.
“Ekhmm, gitu kan kelihatan wajahnya yang cantik.” Celetuk seorang laki-laki yang duduk di pinggir kursi.
“Hu-Husain?! Kamu ngapain di situ?” tanya Anara terkejut.
“Duduk.” jawab Husain enteng.
“Kalian saling kenal?!” Tanya orang tua mereka hampir serempak.
Sedangkan Anara dan Husain, terdiam menunduk kan kepalanya. Setelah beberapa saat, Mereka berdua mulai menceritakan kisah percintaan mereka dua tahun yang lalu. Awalnya, orang tua mereka kecewa, namun karena sudah menjadi masa lalu, akhir nya mereka memaafkan nya.
“Oh gitu. Ya udah.” ujar Ayah Anara.
“Ya udah apa yah?” Tanya Anara bingung, begitu pun yang lainnya.
“Kalau udah saling kenal, berati enggak perlu pakai acara ta’arufan lagi. Langsung aja, 2 Minggu lagi akad nikah.” ujar Ayah Anara sambil tersenyum manis.
“Apa?!” Teriak Anara dan Husain serempak.
“Setuju!” Teriak Bunda dan Bu Aida serempak, kemudian saling berpelukan. “Akhirnya, kita bisa jadi besan ya.” ujar bunda yang dibalas anggukan antusias dari Aida.
“Kalian setuju kan?” tanya Aida.
“Iya Bu, setuju.” ujar Husain.
“Anara, bagaimana?”
Anara hanya bisa mengangguk kan kepalanya pelan. “Iya Tante, in syaa Allah setuju.”
“Fyuh,,, Capek-capek ngelupain, eh malah jadi jodoh. Bener ya kata orang, kalau jodoh enggak akan kemana. Tapi enggak apa-apa deh, aku kan juga masih Gamon sama Husain. Gagal move on maksudnya. Haha…” Ujar Anara di dalam hati nya sembari tersenyum bahagia. (Khoiriah Apriza _Siswi Kelas 2 SMA Negeri 1 Airgegas)
“Tamat”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan